"Hasil Diskusi Online Hijau Hitam"
Dalam menjalankan roda organisasi menjadi kewajiban yang harus kader HMI tekuni dalam menegakan kebenaran di balik hegemoni pemerintah dan modernitas sekarang. Organisasi adalah epicentrum ilmu pengetahuan yang mengajarkan seluruh mahasiswa dan pemuda yang menyadari akan esensinya sebagai mahasiswa sekaligus menjawab probleman sekarang.
Dan Khitta perjuangan sebagai manhaj gerakan HMI dalam berdakwa upaya menciptakan masyarakat yang di ridhoi oleh Allah swt, Mungkin kita anggap bahwa ini hanyalah polesan idiologis tapi jelas khitta memiliki visi dan misi besar tinggal bagaimana kader Himpunan sadar akan problem tersebut dan menjadikan khitta sebagai nilai dalam berdakwah
Maka Budaya literasi harus di rintis kembali pada tubuh HMI untuk menjawab problema zaman, karena pada prinsipnya menjawab sebuah masalah jelas di tuntut menghasilkan solusi, lalu apa solusinya ? ketika Kader HMI tidak memiliki kecakapan dalam semua bidang ( Kapabilitas) maka apa yang di jawab pada problema zaman lebih khususnya pada sosial akar rumput.
Berangkat dari perkataan pemikir indonesia mengenai budaya dia membagi bahwa terbagi 2 poin : 1. wujud : meliputi aturan, hukum, budaya, tata tertib, norma norma. Artinya Budaya dan hukum HMI sudah di atur dalam kontitusi dan khitah perjuangan 2. tingkah laku: adalah Polah hidup kader himpunan harus bisa menerapkan nilai-nilai humanis agar masyarakat indonesia menyadari bahwa pentingnya mengedepankan cara hidup yang berprikemanusiaan. Dan 3 yaitu benda yang meliputi karya seni, dalam hal ini kader HMI harus membuat karya seperti minimal opini atau buku dan karya lainnya.
Nilai-nilai di atas akan teraktual dengan sendiri ketika HMI sadar akan tujuan sebenarnya misalkan dalam tujuanya : Terbinanya Mahasiswa islam Menjadi insan ulil Albab Yang Turut Bertanggung Jawab Atas Terwujudnya Tatanan Masyarakat Yang Di Ridhoi Oleh Allah Swt, Ini visi HMI dalam menyadarkan supaya mereka terus membangun ruang-ruang Ilmiah. Apakah ruang ilmiah masih ada sekarang ? kalau realitas menjawab bahwa nilai tersebut sedikit demi sedikit tereduksi oleh Zaman,apa solucio problemnya selain menyadarkan dengan berliterasi.
Maka Kita melihat budaya HMI dulu terus menghidupkan namanya kontruksi budaya literasi upaya membangun kesadaran diri, sosial lebih-lebih pada negara. Karena membicarakan negara harus memiliki konsepsi besar hal itu di dapat dari mana selain dari kebiasaan ( Habits) Kader Himpunan mengasah kemampuan.
Karena yang perlu kita perhatikan pada roda organisasi adalah menciptakan manusia yang berkualitas mutaqin pada Allah swt Dan HMI menjadi pioner dalam menciptakan manusia mutaqin Dan HMI harus flesbek kembali pada historis global seperti halnya peradaban islam dan benturan idiologi, dalam polemik ini menjadi intisari sebagai corong HMI dalam merefleksi nilai-nilai perjuangan HMI juga ( Ketua Umum Komisariat Hijau :Tatan Sapriadin)
Kalau Kata Pemateri Kanda Firdaus Al-ayubin : Mahasiswa jangan jadi bebek yang hanya bisa ikut tuanya tanpa bisa membangun kemandirian untuk menjawab masalah zaman , Untuk terhindar dari analogi tersebut jawabannya adalah BerHMI adalah pilihan Yang tepat. Karena sekarang adalah era teknologi yang canggih dan HMI memiliki ruang tersebut karena mereka sering diskursus dan praktek tentang teknologi.
Maka Dalam Firman Allah swt : pada surah Al -imran :191 tentang tafsiran berfikir (Tatfakkaru) dan berdzikir dalam artian kader HMI harus . Maka HMI tidak menciptakan mahasiswa hedonisme ,apatis, Diam melihat penindasan. HMI juga tidak mengajarkan berdakwah dengan fisik saja tapi inheren pada pikiran ( Akal) berdasarkan surah di atas. Merujuk pada misi negara indonesia mencerdaskan Kehidupan bangsa HMI memiliki korelasi jelas dengan misi negara juga. Hal ini akan bisa di lakukan ketika kader HMI memiliki kapabilitas utuh.
Secara pandangan sosial HMI juga udah masuk dalam koridor hedonis ,mengkritik kapitalis tapi sistem kapitalis yang di pakai, Bagaimana ceritanya kalau polanya seperti ini jawabannya tetap kembali pada literasi untuk mengembangan kemampuan sekaligus menghilangkan asumsi primodial sosial.
Harapan terbesar kader HMI harus mampu kembali pada posisi budaya intelektual dan gerakan gerakan yang masif sehingga menjadi taring HMI dalam mewujudkan tatanan masyarakat yang diridhoi oleh Allah SWT.
Penulis juga ingin mengatakan bahwa HMI harus memiliki Etos Perjuangan dalam menciptakan masyarakat jangan bicara penciptaan kalau apatis melihat problem sekarang, usahakan etos menjadi sentral pada tubuh HMI (YakinUsaha Sampai)