Oleh : Anjas
Pada dasarnya bumi di ciptakan oleh Allah swt, hadiah bagi manusia yang menempatinya karena bumi menjadi cerminan bagi manusia dalam mencari kejatidiriannya demi terwujudnya cita insan ulil albab dan insan kamil, hal ini menjadi konsekuensi logis dalam hidup. Allah swt menciptakan manusia dengan bentuk sebaik-baik mungkin dengan instrumen (Alat) dan hati sebagai tongkat dalam mencapai cita illahi.
Bumi di bangun sebagai tempat persinggahan bagi manusia dalam mencari kehidupan sebenarnya upaya mendapatkan ridhonya Allah swt, Persinggahan ? maksudnya adalah tempat untuk mencari nafkah, membantu antara sesama ummat manusia lebih-lebih bersujud padanya, karena bumi bukan hanya sekedar sebagai tempat senda gurauan yang tidak memiliki makna, maka dari pemberian Allah swt akal dan hati untuk mencari kebenaran dari persepsi dan spekulatif setiap subjektif.
Islam mengajarkan kepada manusia bahwa menyembah tuhan adalah hal yang wajib dan sunah, namun penyembahan ini bukan di jadikan sebagai kepasrahan dan kepasifan dalam hidup "Dalam bukunya Asgar Ali Engginer (Islam Teologi Pembebasan)" makna dari perkataan filsuf kontemporer tersebut adalah bahwa Allah swt tidak membiarkan manusia, Tunduk, Taat dan patut, tapi dia memberikan kebebasan utuh dalam berikhtiar (Usaha) mendapatkan cita-citanya.
Dalam pandangan (Sosial) bahwa bumi adalah tempat mencari kebutuhan bagi manusia, tapi bumi ini akan menyalahi aturan illahi ketika tidak ada orang yang memimpinya bukankah dalam Al-Qur,an di jelaskan "وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً :30. Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Aku hendak menjadikan khalifah di bumi." Merujuk apa yang di katakan dalam surah (Al imran: 30) bahwa manusia di berikan oleh Allah swt untuk memegang, mengawas dan menyelesaikan setiap visi misi dan masalah di dunia. Manusia adalah khalifah filardi (Pemimpin untuk bumi) bukan penghancur, Penjilat,korupsi ,seksualitas sana sini hal itu menunjukkan bahwa kita telah menistakan Agaman Allah swt.
Dan manusia telah menyalahi aturan Allah swt, pada hakikatnya manusia adalah makhluk misterius (Carrel : Humanisme islam dan Mazhab Barat "Ali syari'ati), tapi Allah swt sungguh maha besar dia mengampunin setiap kesalahan manusia karena hanya dialah yang mengetahui hasil dari ciptaannya.
Karena Masyarakat Yang Baik Mesti Di pimpin oleh filosof yang memerintah dengan prinsip-prinsip rasional, Dari prinsip-prinsip rasional dia mampu mendeskripsikanya dengan jelas agar masyarakat awam paham *Republik Plato* ( Sejarah Tuhan : Karen amstrong) Hasil prediksi dan konektivitas Al-farabi menjawab : Nabi Muhammad Saw,, Dia melihat bagaimana masyarakat dulu berada pada ruang hegemoni kultur nenek moyang maka muhammad hadir dalam mendekontruksi itu semua. Upaya membangun masyarakat di ridhoi oleh allah swt.
Nabi muhammad saw menurut asgar ali engginer adalah seorang pembebas dari perbudakan mistis, dan penindasan terhadap seorang feminim karakter seorang Muhammad sosok pemimpin yang meneladani seluruh ummat ummat manusia karena orientasi "The greet Heppenes ,The Greet Namber ( Kebahagiaan Yang Di Sebut Adil Ketika Di Rasakan Semua Mayoritas). Penulis ingin mengungkapkan secara historis bagaimana menjadi seorang manusia sekaligus pemimpin untuk negara.
Membangun negara suatu hal yang mudah ketika seorang publik figur memahami secara struktural fungsinya, baik pada aspek ekonomi, pendidikan, politik, budaya lebih-lebih agama ( Religius) ketika seorang pemimpin memiliki konsepsi ini maka harapan dari bumi akan tercapai dan perlu juga di pelajari bagi masyarakat bahwa seorang pemimpin tidak bisa secara utuh dalam melaksanakan setiap misi maka perlu formulasi tenaga upaya untuk mempermudah pekerjaanya.
Tapi itu semua hanyalah ekspektasi manusia (Masyarakat), dalam membangun bumi indonesia ketika pemerintah lebih mementingkan kultur kepentingan dan terus menerus membangun relasi dengan kaum asing mengharap lebih investasi asing untuk membangun bumi ( Kepentingan), Akankah manusia bisa merasakan ketenangan dan kedamaian ketika sikap yang memimpin bumi memiliki cara pandang pragmatis.
Penulis memahami bahwa membangun bumi yang di maksud adalah sikap dasar yang melekat dalam jiwa dan jasad seorang pemimpin yang harus di hidupkan. Kontruksi Etik harus juga di utamakan oleh pemimpin dan cara berpikir, kalau hal ini sudah di laksanakan maka cara pandang untuk membangun bumi adalah nyata.
Tapi kok judul di atas menggelitik ? Seakan bumi berada pada poros keambiguan dan tidak memiliki eksistensi untuk di tempati bagi manusia. Yah, Ternyata ada sesuatu yang bergentayangan di bumi sehingga muncul judul-judul yang membuat para pembaca geli melihatnya. Bumi yang pantas untuk di huni memiliki ciri-ciri yang jelas antara lain :
1. Kebutuhan airnya berjalan dengan lancar untuk menunjang perkembangan pertanian demi ketahanan pangan
2. Ekonomi tidak mengalami degradasi sewalaupun banyak tantangan
3. Kultur politik masih konsisten pada nilai kesejahteraanya.
4. Kehidupan antara pemimpin dan rakyatnya berjalan aman dan damai
5. Pendidikan terus mengembangkan dan dan mencetak generasi-generasi unggul
Dalam UUD 1945 Pasal 33 , "Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat".
Secara simbolik aturanya sudah sah tapi secara fakta aturannya terus bermain di atas kepentingan, pada dasarnya setiap subjek sosial memiliki paradigmatic masing-masing dalam menemukkan nilai-nilai (Value) yang di bangun oleh pemerintah, Ternyata pemerintah menjadikan bumi sebagai ajang untuk akumulasi anggaran,jabatan dan cari muka, maka jastifikasi yang terus sosial hadirkan adalah bumi ini tidak layak di huni karena dengan realitas terjadi bahwa pemerintah semakin lama menjadi-jadi.
Bumi mana yang harus kita tempati ? Pada hal bumi yang harus di tempati terkualifikasi dalam ciri-ciri 5 poin di atas, tidak ada sama sekali 5 poin di atas yang teridentifikasi dengan fakta sekarang. Pemerintah menjadikan bumi tempat bersenda gurauan dan membunuh antara satu sama lain Terlalu lama pemerintah bermain rekayasa di bumi suci Allah swt.
Pada dasarnya manusia menurut teori tentang biopolitik (michel Foucault) yang di dalamnya kehidupan manusia menjadi target kekuasaan organisasional negara meskipun agamben pun berpendapat bahwa ada ikatan tersembunyi antara kekuasaan tertinggi dan biopolitik yang di bentuk dengan pijakan kekuasaan tertinggi negara, manusia antara manusia menjadi incaran dalam melanggengkan kekuasaanya sebaliknya juga engels mengatakan bahwa demi untuk mempertahankan kekuasaan ekonomi harus di kejar sebaliknya ilmu pengetahuan di tinggalkan, kalau cara pandang pemerintah cenderung kesini maka yang akan terjadi bumi ini akan mengalami kehancuran oleh tangan manusia sendiri.